04 November 2009

HOT MONEY

Kita mungkin sering mendengar istilah Hot money. Istilah ini sering di bicarakan di kalangan econom dan pasar uang pada umumnya. Menurut Kamus Istilah Populer karangan Henrichus Ismantono, Hot money adalah dana investasi yang di tempatkan untuk meraih keuntungan, tetapi jangka waktu penempatanya sangat pendek.

Hot money biasanya merupakan dana asing yang masuk ke Indonesia dengan kapitalisasi yang sangat besar. Pare investor asing tersebut melakukan investasi di instrument investasi jangka pendek seperti: Saham, Obligasi, SBI dan SUN.



Apabila dilihat dari masuknya aliran dana tersebut ke dalam negeri tentu ini merupakan salah satu indikator dari baiknya iklim investasi di Indonesia. Demikian juga dengan tingginya tingkat BI rate kita dibandingkan dengan THE FED. Spread yang cukup lebar antara BI rate dan THE FED merupakan insentif menarik bagi dana asing dengan potensi perolehan imbal hasil (return) yang lebih besar jika dibandingkan dengan potensi return jika dana itu ditanamkan kepada instrument investasi di negaranya. Keuntungan yang bisa diperolehnya dari yield maupun dari apresiasi rupiah teradap mata uangnya (US $, misalnya). Hot money yang masuk akan mendorong rupiah mengalami apresiasi , dan apresiasi rupiah akan membuat return investasi setelah disesuaikan dengan nilai tukar (exchange rate) akan semakin besar.

Aliran dana asing yang leluasa masuk ke dalam pasar keuangan akan menyebabkan likuiditas transaksi instrumen keuangan di pasar keuangan meningkat. likuditas yang meningkat ini akan menyebabkan kenaikan harga instrumen keuangan tersebut. Instrumen keuangan itu bisa dalam bentuk saham, obligasi ataupun SUN. Secara teoritis jika harga saham meningkat maka relatif bahwa IHSG juga akan mengalami peningkatan, harga obligasi dan SUN yang meningkat (misalnya dari 65% menjadi 74%) akan mendorong penurunan yield. Kondisi seperti ini akan mendorong investor lain untuk turut menanamkan dananya di pasar keuangan. Ada insentif untuk masuk! Pembelian instrumen keuangan ini akan menyebabkan permintaan rupiah meningkat dan penawaran US$ meningkat (investor menjual US$ untuk membeli rupiah). Dan Rupiah pun mengalami apresiasi. Rupiah yang terapresiasi relatif akan membuat kondisi moneter kondusif bagi kegiatan perekonomian. Serta sudah pasti struktur cadangan devisa kita akan membesar dari aliran dana masuk ini. Cadangan devisi yang membesar merupakan indikator dari stabilitias moneter, dalam artian adanya kemampuan untuk menjada keseimbangan demand dan supply rupiah terhadap mata uang lainnya.

Namun di balik itu semua Hot Money juga memiliki potensi yang sangat berbahaya bagi perekonomian kita. Sebagai contoh, masuknya dana asing yang membeli SUN mencapai puncaknya pada bulan Agustus (akhir) 2008 mencapai Rp 106,66 triliun. Namun sejak itu hot money terus kabur dari SUN dan baru balik di bulan Desember 2008 ini.

Ciri hot money yang mudah masuk dan mudah keluar merupakan pemicu lahirnya instabilitas itu Kenaikan harga saham, obligasi dan SUN akan berbalik jika dana hot money keluar. Dan penurunan itu akan berimplikasi kepada potensi diperolehnya capital loss yang signifikan. Dalam perspektif kurs, jika hot money ini keluar maka akan terjadi excess supply rupiah di pasar keuangan dan dilain pihak terjadi excess demand terhadap US$. Hal ini memicu depresiasi rupiah terhadap US$. Kondisi rupiah yang terdepreasiasi ini akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) yang besar pula dalam sistem ekonomi keseluruhan. Dan kondisi selanjutnya adalah cadangan devisa kita akan tergerus untuk tetap menjaga keseimbangan dan keterpenuhan demand dan supply valuta di pasar keuangan. Akhirnya, hot money secara masif mampu membuat instabilitas pasar keuangan riil terjadi. Ancaman seperti ini telah berkali-kali terbukti namun pihak otoritas moneter kita kadang tidak memperhatikan masalah ini secara serius. Seharusnya pihak otoritas moneter bisa memikirkan solusi yang di anggap baik untuk mengantisipasi atau meredam gejolak pasar uang yang di timbulkan oleh hot money tersebut.

Ada beberapa hal yang mungkin bisa di jadikan sebagai solusi yaitu:
  • Menurunkan BI rate ; spread yang lebar antara THE FED dan BI rate mendorong dana asing masuk ke Indonesia, dengan adanya penurunan BI rate akan mengurangi hot money tersebut masuk ke dalam negeri, di samping itu turunya tingkat BI rate akan membuat sektor real semakin kondusif karena kemudahan memperoleh modal usaha.
  • Merubah struktur cadangan devisa yang mengandalkan hot money sebagai sumber utama devisa. langkah yang dilakukan dengan meningkatkan export baik barang dan jasa di sertai dengan kemudahan dalam melakukan export. Di sisi lain menurunkan import atas barang dan jasa
 
blog template by suckmylolly.com : header image by Vlad Studio